Sabtu, 22 Desember 2012

TRAPPING TIKUS

PENGENDALIAN VEKTOR
“TRAPPING TIKUS”
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatuInfectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi duniakesehatn masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat
merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung jugasebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas.Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yangdinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadapkesehatn manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindaksebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylumchodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuanrumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes.
Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masihbanyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu. Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam sukuMuridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.), serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi, dan juga merupakan hewan peliharaan yang populer.Vektor-vektor tersebut sangat berpengaruh sebagai penyebab kesehatanpada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harusdi tanggulangi, karena kita tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnyamelainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinyakesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupanmanusia. Oleh karena itu untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatumanagemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yangbertujuan untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidakmembahayakan.
B.     Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan yaitu:
  1. Untuk mengetahui cara identifikasi tikus
  2. Untuk mengetahui cara identifikasi pinjal pada tikus
  3. Untuk mengetahui cara penangkapan atau pengendalian vektor tikus
C.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari Rabu, tanggal 23 November 2011 di Laboratorium Politeknik Banjarnegara pukul 10.00 WIB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengenalan Tikus
Tikus merupakan binatang pengerat yang sudahmenjadi musuh masyarakat karena sebagai faktor penyakitdan identik dengan image kotor. Selain itu tikus seringmerusak property rumah kita karena sifat pengeratnya danmenjadi musuh para petani karena sering merusak tanaman/sawah mereka. Berbagai tindakan sering kita lakukan untukmembasmi tikus ini seperti dengan jebakan, lem ataupundengan racun.
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi. (Wikipedia, 2010)
Klasifikasi Tikus
  • Dunia : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Sub Filum : Vertebrata
  • Kelas : Mammalia
  • Subklas : Theria
  • Ordo : Rodentia
  • Sub ordo : Myomorpha
  • Famili : Muridae
  • Sub famili : Murinae
  • Genus : Bandicota, Rattus, dan Mus
Insect dan rodent, baik disadari atau tidak, kenyataanya telah menjadi saingan bagi manusia. Lebih dari itu insect dan rodent, pada dasarnya dapat mempengaruhi bahkan mengganggu kehidupan manusia dengan berbagai cara. Dalam hal jumlah kehidupan yang terlibat dalm gangguan tersebut, erat kaitanya dengan kejadian/penularan penyakit.hal demikian dapat dilihat dari pola penularan penyakit pest yang melibatkan empat faktor kehidupan, yakni Manusia, pinjal, kuman dan tikus. Beranjak dari pola tersebut, upaya untuk mempelajari kehidupan tikus menjadi sangat relefan. Salah satunya adalah mengetahui jenis atau spesies tikus yang ada, melalui identifikasi maupun deskripsi.
Untuk keperluan ini dibutuhkan kunci identifikasi tikus atau tabel deskripsi tikus, yang memuat ciri–ciri morfologi masing – masimg jenis tikus. Ciri–ciri morfologi tikus yang lazim dipakai untuk keperluan tersebut di antaranya adalah : berat badan ( BB ), panjang kepala ditambah badan (H&B), ekor (T), cakar (HF), telinga (E), tengkorak (SK) dan susunan susu (M). Disamping itu, lazim pula untuk diketahui bentuk moncong, warna bulu, macam bulu ekor, kulit ekor, gigi dan lain-lain. Insect atau ektoparasit yang menginfestasi tikus penting untuk diketahui, berkaitan dengan penentuan jenis vektor yang berperan dalam penularan penyakit yang tergolong rat borne deseases.
B.     Makanan Tikus
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya. Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut membuat keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan tanda bahaya kepada teman-temannya. maka dari itu untuk penggunaan pestida kimia sebaiknya digunakan pestisida yang membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut akan mati dalam beberapa hari, sehingga tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan yang dimakannya ternyata beracun. Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
C.    Indera Pada Tikus
    1. Indera Penglihatan Tikus
Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata  tikus mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter
  1. Indera Penciuman Tikus
Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.
  1. Indera Pendengaran Tikus
Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :
  • Suara-suara pada saat akan melakukan perkawinan
  • Suara-suara menandakan adanya bahaya
  • Suara-suara pada saat menemukan makanan
  • Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
D.    Sarang
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan.
E.     Perkembangbiakan
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin lagi.
F.     Pengendalian
Pengendalian yang paling sering kita gunakan biasanya menggunakan metode gropyokan atau dengan memasang umpan, namun yang palig tepat dilakukan adalah pengendalian terpadu.
Kalau kita menggunakan umpan beracun ada  baiknya kita menggunakan umpan yang tidak langsung membunuh dengan cepat, gunakanlah rodentisida yang membunuh secara perlahan misal Klerat dan ratikus, karena seperti yang saya bicarakan diatas tikus bila makan makanan yang beracun cepat reaksi kematiannya, maka dia akan memberi sinyal suara kesakitan dan tanda bahaya kepada temannya , sehingga teman-temannya akan waspada terhadap makanan baru, dan tidak mau makan terhadap umpan yang kita berikan.
Pemberian umpan tersebut sebaiknya jangan disentuh dengan tangan sebab indra penciuman tikus sangat tajam terhadap bau yang baru dan aneh termasuk bau manusia.Lakukan pada saat paceklik pangan bagi tikus yaitu saat lahan bera (tidak ditanami) sampai pada saat menjelang produksi pangan (bila pada padi menjelang bunting).
G.    Jenis-jenis tikus antara lain:
    1. Mencit (Mus sp.)
    2. Tikus rumah (Rattus rattus)
    3. Tikus got (Rattus norvegicus)
    4. Tikus sawah (Rattus argentiventer)
    5. Wirok (Bandicota sp.)
    6. Tikus Pohon (Rattus Tiomanicus)
    7. Mencit Rumah (Mus-musculus)
    8. Mencit Ladang (Mus-Caroli)
Celurut (shrew), yang sering disebut sebagai “tikus”, sesungguhnya bukanlah termasuk golongan hewan pengerat, melainkan hewan pemangsa serangga (Insectivora).Tikus rumah (Rattus rattus) adalah hewan pengerat biasa yang mudah dijumpai di rumah-rumah dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat serta melompat. Hewan ini termasuk dalam subsuku Murinae dan berasal dari Asia. Namun demikian, ia lalu menyebar ke Eropa melalui perdagangan sejak awal penanggalan modern dan betul-betul menyebar pada abad ke-6. Selanjutnya ia menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tikus rumah pada masa kini cenderung tersebar di daerah yang lebih hangat karena di daerah dingin kalah bersaing dengan tikus got.
Tidak seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang buruk dan bangkainya sering ditemukan di sumur-sumur. Namun demikian, ia lebih gesit dan pemanjat ulung, bahkan berani “terbang”. Warnanya biasanya hitam atau coklat terang, meskipun sekarang ada yang dibiakkan dengan warna putih atau loreng. Ukurannya biasanya 15-20 cm dengan ekor ± 20cm. Hewan ini nokturnal dan pemakan segala, namun menyukai bulir-bulir. Betinanya mampu beranak kapan saja, dengan anak 3-10 ekor/kelahiran. Umurnya mencapai 2-3 tahun dan menyukai hidup berkelompok.
H.    Jumlahkelahiran tikus dapat dipengaruhi oleh:
    1. Kondisi Iklim
    2. Pakan yang terlimpah
    3. Tempat tinggal yang aman
I.       Tanda-tanda kehidupan tikus
Ada tidaknya tikus dapat dilihat dari:
  1. Bekas gigitan
  2. Alur jalan
  3. Bekas kaki
  4. Kubang terowongan
  5. Kotoran
  6. Bekas telapak
BAB III
MATERI DAN METODE
A.    Alat dan Bahan
  1. Alat
  • Kunci identifikasi
  • Rat Trap
  • Mistar
  • Kantong Plastik Vol. 50 kg
  • Sisir tikus
  • Alat tulis
  • Sarung tangan
  • Kapas
  1. Bahan
  • Umpan tikus
  • Tikus hidup
  • Kloroform
B.     Metode / Cara Kerja
  1. Pre Bitting
  • Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
  • Memasang berbagai makanan ditempat yang akan dipasang perangkap tikus
  • Membiarkan selama sehari semalam
  • Mengamati jenis makanan yang disukai tikus
  • Mengulangi sampai diperoleh data yang meyakinkan
  • Menginterpretasi data yang ada = makanan yang paling banyak dimakan adalah makanan yang disukai dan digunakan sebagai umpan.
  1. Trapping
  • Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan
  • Mencuci semua perangkap kemudian direndam dalam air panas untuk menghilangkan jejak atau bau khas tikus
  • Menggunakan perangkap cage trap
  • Memasang perangkap dengan umpan sesuai hasil pre bitting waktu pemasangan sore hari
  • Perangkap yang ada tikusnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut.
  1. Identifikasi
  • Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan
  • Memasukkan perangkap yang ada tikusnya kedalam kantong plastik
  • Mengambil kloroform dengan kapas dan memasukkannya kedalam kantong plastik
  • Kantong plastik diikat dengan rapat
  • Mendiamkan beberapa saat, hingga tikus mati kemudian kantong dibuka
  • Melakukan penyisiran terhadap tikus untuk mendapat ektoparasit
  • Melakukan identifikasi dan pengukuran baik berat badan, panjang ekor, dan lain-lain sesuai ketentuan yang ada.
  • Jika terdapat ektoparasit, ektoparasit tersebut dimasukkan kedalam botol yang telah diberi bahan pengawet.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    HASIL
Hasil Pre bitting
Daftar jenis umpan yang banyak dimakan
Tanggal           :19 November 2011
Lokasi             : LKP PIKOM BANJARNEGARA
No
Jenis Umpan
Lokasi Umpan
Jumlah
1
2
3
1 Ketan Bwh.meja Samping almari gudang 1
2 Kelapa Bwh.meja Bwh.rak piring gudang 1
3 Ikan asin Bwh.rak piring gudang  Bwh.meja 0
Hasil Trapping
Daftar hasil penangkapan tikus
Tanggal           : 21 November 2011
Lokasi             : LKP PIKOM BANJARNEGARA
No
Lokasi Penangkapan
Ada tikus
Keterangan
ya
tidak
1
Bawah meja
ü
-
Malam hari
2
Gudang
ü
-
Malam hari
3
Samping almari
-
ü
-
4
Bawah rak piring
-
ü
-
Jumlah             : 2
Prosentase       : 50%
Hasil identifikasi tikus dan ektoparasit
Tanggal           : 23 November 2011
Lokasi             : Laboratorium Politeknik Banjarnegara
No
1
Lokasi
Laboratorium
Sex
-
Warna Bulu Punggung
Coklat Tua
Warna Bulu Dada
Coklat Muda
BB
0,5 gram
T
11 cm
E
1,5 cm
HF
2,5 cm
SK
3 cm
M
-
HB
9,5 cm
Ektoparasit
-
Spesies
Rattus Tanezumi
No
2
Lokasi
Laboratorium
Sex
-
Warna Bulu Punggung
Coklat Tua
Warna Bulu Dada
Coklat Muda
BB
0,5 gram
T
11,5 cm
E
1,3 cm
HF
2,5 cm
SK
3,2 cm
M
-
HB
10,5 cm
Ektoparasit
-
Spesies
Rattus Tanezumi
B.     PEMBAHASAN
Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa sebelum dilakukannya praktikum identifikasi tikus dan ektoparasit dilakukan terlebih dahulu praktikum pre bitting dan trapping. Pada praktikum pre bitting kami menggunakan tiga jenis umpan yang berbeda yaitu ketan, kelapa dan ikan asin. Masing-masing umpan tersebut diletakkan pada lokasi yang berbeda pula. Lokasi yang kami pilih ada empat yaitu di bawah meja, bawah rak piring, samping almari dan di gudang.
Setelah satu hari satu malam umpan tersebut diletakkan di lokasi yang telah kami tentukan kami mendapat dua ekor tikus dari umpan dan tempat yang berbeda pula. Tikus yang pertama kami dapatkan di bawah meja dengan ketan sebagai umpannya sedangkan tikus yang kedua kami dapatkan di dalam gudang dengan kelapa sebagai umpannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makanan yang paling disukai tikus adalah ketan dan kelapa. Kedua tikus tersebut kami dapatkan pada malam hari. Hal ini menandakan bahwa tikus merupakan hewan yang aktif mencari makan pada waktu malam hari atau disebut juga dengan hewan nocturnal.
Setelah dilakukan praktikum pre bitting dan trapping selanjutnya dilakukan identifikasi tikus dan ektoparasitnya. Praktikum dilakukan dengan mengukur berat badan, panjang kepala, panjang ekor, panjang telinga, panjang cakar, panjang tengkorak, serta mengidentifikasi warna bulu punggung, warna bulu dada, jenis kelamin, susunan susu, spesies, dan ada tidaknya ektoparasit. Hasil pengukuran dan identifikasi dapat dilihat pada table yang hasilnya kedua tikus yang telah kami identifikasi tidak ada yang terdapat ektoparasitnya. Kedua tikus tersebut memiliki warna bulu punggung yang sama yaitu coklat tua dan warna bulu dada yang sama pula yaitu coklat muda. Dan keduanya merupakan spesies Rattus Tanezumi. Rattus Tanezumi atau biasa dikenal dengan tikus rumah merupakan tikus yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari. Tikus ini sering menghabiskan waktunya pada malam hari di dapur untuk mencari bahan-bahanh makanan tertentu. Keberadaan tikus ini sangat mengganggu karena dapat merusak apa saja yang mereka temukan di dapur.
Tikus sebagai binatang kosmopolitan dan dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang dan hewan penggangu menjijikkan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Berbagai hal yang mempengaruhi pola distribusi penyakit (bersumber tikus) dan timbulnya penyakit menular adalah perubahan ekosistem akibat penebangan hutan, pembangunan bendungan, pengeringan, perencanaan irigasi pertanian, dan perubahan iklim. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup di dekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit bersumber rodensia yang disebabkan oleh berbagai agen penyakit seperti virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing dapat ditularkan kepada manusia secara langsung, melalui feses, urin dan ludah atau gigitan rodensia dan tidak langsung, melalui gigitan vektor ektoparasit tikus (kutu, pinjal, caplak, tungau). Dengan adanya dampak tersebut maka perlu adanya penanggulangan/pengendalian tikus. Yang mungkin dapat dilakukan adalah usaha untuk mengurangi dan menurunkan populasi satu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.
BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari kegiatan praktikum yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan diantaranya yaitu:
  1. Untuk memgidentifikasi tikus bagian-bagian yang harus diamati diantaranya yaitu bagian kepala, ekor, kaki, perut dan ektoparasitnya.
  2. Makanan yang disukai tikus adalah ketan dan kelapa. Tikus merupakan hewan nocturnal (aktif mencari makan pada malam hari)
  3. Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu fisik, mekanis, kimia dan biologis, salah satu cara pengendalian yang sering dilakukan yaitu dengan pemasangan trapping tikus. Tempat trapping yang kemungkinan dapat ditemukan tikus yaitu di gudang dan dibawah meja
B.     SARAN
Tikus merupakan salah satu vector penyakit yang merugikan manusia. Oleh karena itu diperlukan adanya tindakan pengendalian agar masalah yang ditimbulkan oleh adanya tikus dapat diminimalisir terutama masalah yang beerkaitan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar